Senayan City. Jakarta. May. 9. 2010
Acoustic set? Kenapa Tidak?
Ketika kami mempersiapkan rekaman untuk album perdana, kami telah memiliki ide untuk merekam versi akustik beberapa lagu. Awalnya kami memang ingin membentuk band folk. Tapi apa daya, perkembangannya jadi lebih berisik. Dan mengakustikkan beberapa lagu adalah upaya untuk mewujudkan rencana kita yang membelot.
Kami sendiri belum membayangkan akan jadi seperti apa lagu Morfem ketika di mainkan Akustik. Ketika promo ke beberapa radio di Bandung. Kami terpaksa memainkan single dengan akustik. Karena keterbatasan waktu untuk ngeset full band. Dan ketika kami memainkan promo waktu itu, mulai terbayang seperti apa wujud lagu kami kelak.
Ketika Nasta Sutardjo menghubungi gue untuk main di acara nanonine, Friends And Family. Kesempatan untuk memainkan di depan khalayak banyak muncul. Langsung gue sikat. Main Akustikan. Siapa takut.
Gilanya, kami gak sempat mengaransemen lagu ini dengan sempurna. Kita hanya numpang latihan di kamar Yoga (Engineer tempat kita merekam lagu akustik kelak) 2 jam sebelum acara di mulai. Dengan Modal 2 gitar, tamborine, minus drummer (karena Freddie kerja waktu itu). Jadilah formasi ngamen kita. Bram dan Pandu dengan gitar Akustik. Gue pake Tamborine. Ternyata nuansa lagu Morfem dengan Akustik malah lebih ceria dan Upbeat. Oke siap semua? Yuk berangkat ke Senayan City.
Singkat kata, sampailah kami di venue. Ternyata tempat kita main adalah semacam bazaar di mall. Untungnya bazaar ini di bikin sama anak muda. Jadi nuansanya masih keren. Walau panggungnya biasa-biasa aja setnya. Kita main setelah L’Alphaalpha sebelum pamungkas, Monkey To Millionaire. Wow perdana main akustik.
Tidak terlalu sulit untuk mengajak crowd berkumpul. Walau kami belum punya fanbase. Awalnya kami mau ngeset duduk santai berakustik. Ternyata di lagu kedua, gak tahan gue. Berdiri juga deh. Sikat!!
Yang menarik adalah reaksi penonton saat itu. Walau gak ada slam dance dann stage diving. Mereka menyimak. Dari reportoar yang gue lontarkan. Hingga lagu yang di mainkan. Nampak mereka meningkahi reportoar gue dengan senyum dan tawa. Dan tepuk tangan di setiap lagu cukup membahana. Yang haru nya beberapa orang di depan sudah mulai nampak ikut bernyanyi pada lagu “Tidur di manapun Bermimpi Kapanpun”. Padahal lagu ini belum pernah kita publish sebelumnya. Karena kita bermain akustik. Akhirnya penonton dapat menikmati lirik gue di setiap penampilan. Terlihat juga 3 orang bule yang tersenyum-senyum mendengar Who Stole My Bike dan Death Kitchen. Reaksi penonton pun cukup menggembirakan di tiap bait lagu “Pilih Sidang Atau berdamai”.gue yakin lagu ini punya empati besar pada anak-anak yang dateng malam itu. Ketika Wahana jalan Tikus Di Mainkan nampak penonton ikut hanyut dan bereaksi bagus. Kalau gadis Suku Pedalaman? Gak perlu di tanya. Lagu ini memang paling akrab di telinga masyarakat. Karena telah terpublish lama.
Ketika turun dari pentas, kami tersenyum-senyum sendiri. Puas kita dengan penampilan malam itu. Beberapa hari kemudian kami merekam 2 lagu versi akustik untuk album mendatang. Dengan modal penampilan di Friends and Family. Di tambah aransemen improve di studio (tepatnya di kamar Yoga). Huh gak sabar kami untuk melepas lagu ini ke pasaran. Hayo Morfem kita selesaikan secara jantan :D